Cerpen :: Misteri Hantu Rumah Susun

  Raka sedang kebingungan. Ia ditugaskan untuk membuat cerita misteri untuk dipasang di mading minggu ini. Ia memang pintar membuat cerpen, tapi untuk aliran misteri, ia belum pernah mencobanya. “Aduuh.. Gawat, nih..” gumamnya.
  “Tenang, Rak! Aku sudah dapat ide!” kata Edo, teman Raka yang dimintai tolong untuk mencari ide untuk Raka.
  “Eh, benarkah?” tanya Raka memastikan.
  “Benar! Kata Bella, di rusun tempat ia tinggal, ada hantu yang muncul tiap malam Minggu!” jawab Edo.
  “Bella? Hantunya muncul tiap malam Minggu?” gumam Raka.
  “Iya,” jawab seorang gadis, itu Bella. “Karena itu, setiap malam Minggu, aku tak pernah keluar kamar,” tambah Bella yang datang secara tiba-tiba.
  “Haha.. Kedatanganmu juga mirip hantu..” pikir Edo yang sempat terkejut oleh Bella.
  “Malam Minggu ‘kan malam ini!” kata Raka. “Antarkan kami ke rusun itu ya!” tambah Raka girang. Bella ingin tertawa melihat Raka yang malah ingin melihat hantu tersebut.
  “Baik, baik! Jam 7 malam nanti, kalian datang ke rusunku saja,” kata Bella. Raka tersenyum tenang. Akhirnya ia dapatkan sebuah hantu.
  “Oi, oi, kalau begini namanya bukan ‘antar’ kan??” gumam Edo dalam hatinya. Bella-pun pamit untuk pergi ke kantin. Raka masih saja tertawa girang.
--jam 7 malam--
  Raka dan Edo pergi ke rusun tempat Bella tinggal dengan naik sepeda. Kata Bella, rusun tempatnya tinggal bernama ‘Rusun Bunga’. Rusun itu memang terkenal murah tapi angker. Dulu, disana pernah ada kasus perampokan. Salah satu perampoknya mati tertabrak truk yang sedang lewat setelah merampok korbannya dan yang satunya kini menghilang. Tempat perampok itu mati adalah di depan Rusun Bunga itu. Sejak munculnya hantu, rusun berlantai 4 itu hanya 5 kamar yang ditempati.
  “Nah, akhirnya sampai..” gumam Raka setelah mereka sampai di rusun berhantu itu. Edo turun dari sepedanya. Bella sudah menunggunya disana.
  “Kalian naik sepeda?” tanya Bella.
  “Inilah kendaraan pribadi kita,” jawab Edo dan Raka sambil tertawa. Bella tersenyum melihat tingkah temannya yang masih konyol.
  “Ayo, mumpung hantunya belum muncul!” kata Bella mengajak Raka dan Edo untuk melihat tempat munculnya hantu.
  “Memangnya dimana hantu itu muncul? Terus, sejak kapan muncul hantu itu?” tanya Raka.
  “Hantu itu muncul di jendela koridor lantai 3, seperti bayangan yang mengintip dari balik jendela, tapi kalau jendelanya dibuka, yang ada hanya kumpulan ngengat yang berkerubung disekitar lampu. Hantu itu muncul sejak 1 tahun lalu saat ada kasus perampok yang tertabrak truk,” jawab Bella.
  “Oh, begitu. Menyeramkan juga ya” kata Raka. Mereka akhirnya sampai di koridor lantai 3. “Ini tempatnya?” tanya Raka. Bella mengangguk. Edo mengamati sekitar. Tak ada yang mencurigakan.
  “Eh, teman-temanmu ya, Bel?” kata seseorang yang keluar dari kamar 31 pada Bella saat melihat Raka dan Edo.
  “Ah, Kak Doni? I,iya.. Ini teman-temanku. Mereka ingin melihat hantu itu,” jawab Bella.
  “Melihat hantu? Kalian serius?” tanya orang itu.
  “Bagus ‘kan? Soalnya, akhir-akhir ini sepi sekali,” kata seseorang lagi yang sedang ada dari kamar 39. Bella hanya meringis.
  “Mereka itu siapa, Bel?” tanya Raka.
  “Yang ada di kamar 31 itu Kak Doni, pegawai di toko obat yang selalu membuka jendela saat hantu muncul. Dan yang ada di kamar nomor 39 tadi itu adalah Kak Edo.” jawab Bella.
  “E,edo..??” gerutu Edo mendengar namanya sama dengan nama salah satu penghuni rusun ini.
  “Yaah, Kak Edo itu biasa dipanggil Dodo,” kata Bella mendengar gerutuan Edo. Bella-pun mengajak Edo dan Raka untuk ke kamarnya sambil menunggu hantu itu muncul.
  “Sebenarnya, aku juga malas untuk mengamati hantu, tapi, yaah.. tugas sekolah” kata Raka entah pada siapa.
  “Percuma saja melihat hantu, nak. Hantu itu hanya suatu tipuan untuk orang bodoh,” kata seorang bapak-bapak yang turun dari tangga lantai 4.
  “Eh?” gumam Raka.
  “Itu Pak Ridwan yang tinggal di lantai 1, pekerjaannya guru fisika di SMU. Hanya dia orang yang belum pernah melihat hantu disini.” jelas Bella. Sampai di lantai 4, mereka langsung masuk ke kamar Bella.
  “Lho, ayah dan ibumu mana?” tanya Raka.
  “Sedang pergi beli makan di luar,” jawab Bella.
  “Ooh, karena itu kau menunggu kami dibawah ya?” sindir Edo. Bella hanya meringis. Sambil menghabiskan waktu, mereka bertiga main PS2.
  “KYAA!!” teriak seorang gadis bernama Danti. Teriakannya terdengar dari lantai 3. Raka, Edo, dan Bella cepat-cepat turun ke lantai 3. Sampai disana, sudah berkumpul Dodo, Doni, Ridwan, dan seorang gadis. Itu berarti..
  “H,hantunya sudah muncul..!!” seru Raka saat melihat sebuah bayangan yang mengintip dari jendela. Bentuknya tidak mirip bayangan manusia. Apa itu.. benar-benar hantu? Mereka terpaku melihat itu. Dan, tiba-tiba..
  “Kali ini pasti—“ kata Doni sambil berjalan kearah jendela, lalu membukanya. “Ada seseorang..!!”. Namun, saat jendela sudah terbuka, yang ada hanya kumpulan ngengat. “Eh? Lagi-lagi..” gumam Doni.
  “Pasti ada yang sembunyi di balkonnya!” kata Edo sambil berjalan kearah jendela.
  “Eeh, t,tapi, nak.. Jendela itu ‘kan tidak ada balkonnya!” kata Doni.
  “Waa..!!” teriak Edo yang berpegangan jendela karena hampir jatuh. “Hahh.. Hampir saja..” gumam Edo. Raka masih saja heran dengan tingkah laku Edo yang terkadang konyol.
  “Kan aku sudah bilang,” gerutu Doni. Raka hanya tertawa melihat Edo.
  “KYAA..!!” teriak Bella, lagi. Raka, Edo, dan yang lain menengok kearah Bella sambil terkejut.
  “Ada apa?” tanya Raka.
  “A,ada hantu lagi ya, Bel?” tanya Danti. Namun, Bella menggeleng sambil menunjuk ke lengan Edo. Yang ditunjuk terdiam tak mengerti.
  “Aku takut ngengat..!!” kata Bella. Oh, benar juga, ternyata ada seekor ngengat dari luar yang ‘nemplok’ di lengan Edo.
  “Jiahh.. Kok aku yang jadi sasarannya, sih?!” gumam Edo sambil mengusir ngengat tersebut. Raka tiba-tiba menyadari sesuatu.
  “Huh, sama ngengat saja takut..” gerutu Doni sambil menutup jendela.
  “Oh, tapi teriakan Bella cukup bagus, lho!” tambah Dodo. Mereka berdua-pun kembali ke kamarnya. Bella cemberut sambil menggerutu. Raka tersenyum seolah menyadari sesuatu. Edo tak mengerti melihat tingkah Raka.
  “Oi, Raka? Kamu kenapa?” tanya Edo.
  “Aku.. SUDAH TAHU PELAKUNYA!” jawab Raka bersemangat. Bella dan Danti tak mengerti.
  “Palaku? Pelaku apa?” tanya Danti.
  “Pelaku misteri hantu di rusun ini!” jawab Raka. “Tapi, aku butuh sedikit bantuan kalian. Boleh?” tambah Raka. Edo, Bella, dan Danti mengangguk setuju.
  “Aku boleh ikut membantu?” tanya Pak Ridwan tiba-tiba.
  “E,eh..? Boleh saja..” jawab Raka. Pak Ridwan-pun tersenyum. Lalu, Raka menjelaskan rencana untuk memancing pelakunya.
--beberapa saat kemudian..--
  TOK! TOK! TOK! Bella mengetuk pintu kamar Doni. NGIEK! Doni membuka pintu kamarnya dan agak terkejut melihat Bella di depan kamarnya.
  “Ada apa, Bel?” tanya Doni.
  “Kak, aku boleh masuk kamar kakak nggak?” tanya Bella.
  “Eh? Memangnya untuk apa?” kata Doni balik bertanya. Bella-pun tersenyum.
  “Kakak kerja di toko obat ‘kan? Kakak punya cairan zat Pheromone tidak?” tanya Bella. Doni mengangguk.
  “Punya, memangnya untuk apa?” jawab Doni. Apa yang akan dilakukan Bella?
  “S,sebenarnya, aku disuruh oleh guru untuk membawa zat Pheromone yang berguna untuk mengusir serangga itu untuk percobaan fisika, tapi sudah kucari-cari kemana-mana jarang sekali ada yang menjual. Begitu, kak” jelas Bella.
  “Ooh, fisika ya.. Baiklah, aku ambilkan dulu ya” kata Doni lalu pergi mengambil zat Pheromone untuk Bella. Tak lama, Doni-pun datang dengan zat Pheremone. “Tapi, ngomong-ngomong, guru zaman sekarang ganas-ganas ya?” kata Doni.
  “Eh? Memangnya kenapa, kak?” tanya Bella.
  “Iya, kamu yang masih kelas 1 SMP sudah belajar tentang zat Pheromone. Kukira, itu pelajaran SMU.”  jawab Doni sambil memberikan zat Pheremone pada Bella.
  “Itu memang pelajaran fisika SMU, Doni.” kata Pak Ridwan.
  “Eh, apa maksudmu, Pak Rid?” tanya Doni.
  “Ya, karena sebenarnya, zat Pheromone itu bukan untuk percobaan tapi untuk memecahkan trik hantu di rusun ini,” kata Raka tiba-tiba bersama Edo di belakangnya.
  “T,trik?” gumam Doni.
  “Yup, trik hantu yang kau lakukan untuk menakuti para penghuni rusun disini. Rahasia trik hantu itu adalah zat Pheromone yang sedang dipegang oleh Bella. Zat Pheromone yang berasal dari ngengat betina untuk menarik ngengat jantan, zat itu juga digunakan oleh manusia untuk mengusir serangga. Jadi, trik hantu itu adalah seperti ini : Pertama, Kak Doni melumurkan zat Pheromone seperti bayangan manusia di jendela koridor lalu menempelkan kertas gambar berwarna hitam untuk mata dan mulutnya setiap malam Minggu. Kedua, saat malam hari, para ngengat jantan akan mengerubungi zat Pheremone yang mereka kira adalah ngengat betina dengan bentuk manusia. Ketiga, kau tinggal menunggu seseorang untuk melihat hantu itu. Dan yang terakhir, kau hilangkan bukti dengan membuka jendela secara kencang agar para ngengat itu kabur dari jendela. Selesailah trik hantu yang mengintip dari jendela itu” jelas Raka.
  “T,tapi, nak! Untuk apa aku melakukan itu? Lagipula, trik sepeti itu ‘kan bisa dilakukan siapa saja?” tanya Doni. Raka-pun melirik Pak Ridwan.
  “Hanya kakak yang bisa lakukan itu, karena zat Pheomore jarang dijual di pasaran. Hanya kakak yang bekerja di toko obat yang bisa mendapatkannya,” kata Raka. 
“Dan kau lakukan itu untuk membalaskan dendam atas kematian perampok yang tertabrak truk di depan rusun ini, bukan?” kata Pak Ridwan. Doni-pun terkejut saat ia sadar Pak Ridwan mengetahui alasannya. “Ini analisis anak bernama Raka itu,” tambah Pak Ridwan. Doni-pun akhirnya luluh.
  “Aku menyadarinya saat ada seekor ngengat yang ‘nemplok’ di tangan Edo setelah memegang jendela. Analisisku benar ‘kan, Kak?” kata Raka.
  “Ya, memang aku yang melakukan trik hantu itu. Untuk membuat bangkrut si pemilik rusun ini,” kata Doni. “Sebenarnya, kasus perampokan itu dilakukan olehku dan temanku karena perintah pemilik rusun ini yang saat itu putrinya akan dinikahkan. Pemilik rusun ini berkata akan menikahkanku dengan putrinya jika perampokan itu berhasil, namun.. sebenarnya, pemilik rusun ini hanya ingin membunuhku dan temanku yang ia anggap mengganggu putrinya,” tambah Doni.
  “M,membunuh?” tanya Raka.
  “Ya, setelah aku dan temanku sedang kabur dari rusun, tiba-tiba sang pemilik rusun menabrak temanku yang sedang berlari kabur dengan truk. Aku yang sudah lebih dulu kabur selamat dari jebakan setan pemilik rusun ini. Begitu tahu semua rahasianya dari putri pemilik rusun, aku-pun melakukan trik ini untuk membuat bangkrut rusun ini,” jelas Doni. Raka hanya terdiam.
  “Tapi, kakak ‘kan bisa melapor ke polisi?” tanya Bella. Edo dan Danti mendukung.
  “Percuma, nak. Karena pemilik rusun ini adalah polisi juga,” jawab Doni. Raka terkejut. Ia baru menyadari betapa bobroknya otak manusia zaman sekarang. Polisi.. yang membunuh?
  “Kenapa kakak tidak coba untuk membunuh pemilik rusun?” tanya Raka asal-asalan.
  “Yah, karena aku yakin, membunuh takkan menyelesaikan apapun.” jawab Doni. Raka setuju.
  “Tapi, membalas dendam juga tidak akan menyelesaikan apapun, kak.” Tambah Raka. Edo dan Bella tersenyum.
  “Dasar penulis cerita! Pintar sekali kau merangkai kalimat!” gerutu Edo dalam hatinya sambil tersenyum. “Pantas saja, dia menyukaimu, Raka..” pikir Edo sambil melirik Bella yang terlihat sangat kagum dengan Raka.
   Dan, akhirnya, polisi sang pemilik rusun itu ditangkap oleh polisi juga. Berakhirlah misteri hantu di rusun tersebut..
--TAMAT-

Comments

Post a Comment

Popular Posts