Flash Fiction: Sandiwara

  Senin pagi menggelitik awan hitam supaya berpaling dari langit Jakarta. Kini yang tersisa tinggal biru angkasa yang terkesan membosankan. Dibawah megahnya langit sederhana itu, aku menembus ranah ibu kota--bersama Ibu, Syifa dan sopirnya.


  Setiap hari Senin-Jumat, Ibu dan Syifa memang selalu berangkat bersama-sama denganku. Entahlah apa alasannya, padahal ia punya banyak mobil. Sejak suami tercintanya meninggal, Ibu memang selalu begitu.

  "Nyonya, maaf" Tiba-tiba si sopir berkata.
  "Kenapa?" ujar Ibu.
  "Kayaknya kita harus mampir di SPBU sebentar. Bensinnya hampir habis" jawab si sopir.
  "HUH! Yasudah!" Ibu menggerutu

  Ibu memang paling benci kalau ia harus mampir-mampir sepanjang perjalanannya. Ya, ia ingin segera cepat sampai tempat tujuan. Terlebih, Syifa pun tak boleh terlambat masuk sekolah. Wajar sih, Ibu amat membanggakan anak perempuan satu-satunya itu. Jadi Ibu ingin Syifa selalu perfect.

  Gara-gara sifat Ibu yang selalu membanggakan dan menyanjung Syifa itu, aku jadi sedikit iri. Pasalnya, sejak suami tercintanya meninggal, ia jadi jarang memanjakanku.

  Padahal dulu Ibu dan almarhum suaminya amat menyayangiku. Ya, waktu itu Syifa belum lahir ke dunia. Tapi kini kasih sayang Ibu rasanya hanya tersedia buat Syifa. Huh..

  "Diisi apa, Nyonya? Pertamax atau premium" tanya si sopir pada Ibu.
  "Premium aja!" timpal Ibu, seraya menyerahkan uang ke supirnya itu.

  Si supir pun menerima beberapa lembar uang dari Ibu.

  "Kalo papah masih ada, aku gak perlu menghemat uang begini.." gumam Ibu.

  Tiba-tiba Syifa menatap ke arah Ibu.

  "Semuanya ini buat menekan pengeluaran. Biar kamu bisa sekolah, Syifaaa" ujar Ibu sambil mencubit pipi gadis 3 tahun yang sekolah di sekolah playgroup internasional itu.

  Apa kubilang. Ibu memang hanya menyayangi Syifa--anak semata wayangnya itu. Sampai-sampai, Ibu rela memberikan premium jatah subsidi buatku. Teganya!!

  Aku dapat mendengar bisik-bisik sebuah bus Kopaja dan bajaj butut di belakangku. Ini semua pasti sangat lucu buat mereka. Bagaimana tidak, sebuah sedan dengan logo jaguar seperti aku diberi premium, sama seperti Kopaja dan bajaj itu.

  Hatiku hancur. Aku malu.

  Ibu benar-benar tak tahu diri. Kaya berlagak miskin.
  

Comments

Popular Posts