Tato

Satu..
Dua..
Tiga. Yap, tiga meja dari tempatku berada. Gadis muda berwajah kotak, berpipi tirus, berkacamata. Kulit kuningnya tampak cerah akibat pendaran cahaya lampu restoran ini. Nampak kontras dengan rambut hitam panjangnya yang ia kuncir kuda. Menawan.

Apalagi dahi lebar itu, yang tak kalah menyilaukan dibanding sepasang mata yang bersembunyi di balik lensa--yang memantulkan sinar lampu tiap kali ia berpaling sedikit saja.

Aku tak mampu mengalihkan pandangan. Rasanya ingin terus kutatapi sampai pedas mata ini. Satu keindahan Tuhan.

Ah, andaikan bisa kucongkel raut wajah itu kemudian dapat kupajang di dinding kamar. Bersama keindahan-keindahan Tuhan lainnya.

Ya. Aku memang mudah mengagumi. Biar kutegaskan sekali lagi: mengagumi. Bukan mencintai.

Mencintai adalah perkara yang begitu masif. Perlu proses dan tahapan, yang tak hanya butuh logika, namun juga perlu campur tangan hati.

Sedangkan mengagumi?
Mengagumi adalah mekanisme mensyukuri-nikmat-Tuhan paling sederhana. Cukup kagum. Tak perlu terbawa perasaan, apalagi keinginan untuk memiliki.

Balik lagi ke gadis itu. Ia sedang mengunyah hidangan kala aku kembali mencuri pandang. Sambil berbicara dengan lelaki di hadapannya yang mungkin temannya atau pacar--I don't care, yang jelas ia tampak antusias.
Dan melihat gerak tubuh lelaki bertopi di depannya itu, kurasa obrolan mereka berbobot.

Melihat penampilannya dan sinar matanya, aku yakin dia gadis yang cerdas. Paling tidak, taulah kalau proxy war Yaman-Arab cuman soal Negeri Paman Sam yang mainan konspirasi global. 

Tapi kalau melihat senyumnya yang tidak berhenti mengembang, otot pipinya yang tidak berhenti melengkung, kurasa obrolannya bukan soal itu. Mungkin tentang film dokumenter Kurt Cobain yang 4 Mei nanti tayang di HBO.

Iya, pasti tentang itu.
Dia pasti gadis yang doyan musik grunge. Atau rock. Mungkin britrock juga.

Yea, I'm sure she's a rocker girl.
Tampilannya mungkin gak gahar. Bahkan teramat manis. Tapi coba kau lihat gaya berpakaiannya.

Cardigan hitam membalut stripes t-shirt dominan hijau-hitam yang kerahnya rendah hingga memperlihatkan tulang selangkanya. Apa yang lebih tepat selain menggelarinya dengan ungkapan: she's so rocks?

Tiba-tiba makanan datang, memecah lamunan. Aku dibawa kembali ke dunia nyata. Memilah makanan mana dulu yang hendak kusantap guna tuntaskan keroncongan.

Dari ekor mataku, gadis itu tampak beranjak dari kursinya. Mataku kembali tertarik merunut langkahnya menuju wastafel dan kembali lagi.

Ia kembali duduk, merapikan barang bawaannya, dan sesekali tertawa pada lawan bicaranya.

Aku baru sadar kalau di dada bawah  tulang selangkanya terdapat tato ketika tubuhnya agak membungkuk waktu membenarkan posisi duduknya.

Entah motif apa tatonya. Yang jelas itu membuatnya tampak lumayan seksi.

Aku biasa saja.
Hingga tiba-tiba ia lepas kunciran rambutnya yang sederhana lalu menggerainya secara berkelas, merubah total imej gadis manis itu jadi gadis paling seksi yang pernah kutemui.

Sialan.
Niatku ingin menuntaskan rasa lapar waktu kemari, yang kupuaskan malah birahi.



Comments

Popular Posts