Mendengarkan Lagi Blink-182

 
BLINK-182 has new music, and we've heard it. Mark Hoppus membagikan sebuah link tentang dirinya yang baru saja stopped by ke kantor radio KROQ tempo waktu dan memperdengarkan materi anyar Blink-182 yang siap diliris mulai besok April kepada music director radio KROQ. Saya buru-buru mengklik alamatnya dan membaca habis artikelnya.
  These guys have the same old as my father dan anehnya saya masih merasa excited mendengar 'kerjaan' mereka rampung. Bahkan saya tidak lebih tua daripada band pop-punk ini, tapi saya turut serta menyambut kabar baik ini. They're gonna release new music soon!
  Meskipun kabar buruk sebelumnya datang mendahului, yakni dengan semakin retaknya hubungan Mark-Travis dengan Tom Delonge, dimana si gitaris akhirnya memutuskan untuk hengkang dari band dan kini fokus jadi novelis sekaligus pengisi soundtrack bersama Angels & Airwaves, namun mendengar Mark-Travis tetap jalan terus adalah tombo ati. Menggaet Si Screamy Matt (begitu saya menjuluki cowok paling kanan, according to salah satu post di Instagramnya Mark) dari band Trio Alkaline, Blink-182 lanjut rekaman materi baru untuk album baru setelah Neighborhoods.
  Kabarnya, di album terbaru yang akan segera dilepaskan ke khalayak mulai besok April, suara vokal akan banyak diisi Mark dengan assist dari Screamy Matt yang menggantikan Tom Delonge di posisi gitar. Hmm, this is the next good news. Ya, vokal Mark itu ngangenin abis setelah petikan bassnya. Mini album Blink-182 sebelum ini, Dogs Eating Dogs, bukan sesuatu yang buruk hanya saja too many Tom's voice and too little Mark's voice
  We were enough to heard Tom's voices on Angels & Airwaves! We need more Mark! Mark! Mark! Di album Dogs Eating Dogs, Mark nyanyi lead cuman di dua lagu, yakni 'Dogs Eating Dogs' dan 'Boxing Day', lainnya Tom.
  Jadi saya rasa merupakan satu berita nyenengin, kalau besok di album baru Mark akan lebih banyak mengisi vokal setelah hengkangnya Tom. Memang kangen sekali dengan nuansa ballad punk ala +44 oleh Mark Hoppus. I'll be there when your heart stop beating, I'll be there when your last breath taking away, du du du...


BAGAIMANAPUN juga, hengkangnya Tom Delonge masih jadi ganjalan berarti bagi setiap fans Blink-182, tentu saja. This band has started by these two motherfuckers, Mark dan Tom. Dan sebagaimana band-band lain dengan 'lebih dari seorang pentolan', biasanya memang berakhir dengan perseteruan antar pentolannya masing-masing, contoh Beatles dan Oasis.
  Mark dan Travis pernah memutuskan untuk mengistirahatkan nama Blink-182 pasca keluarnya Tom Delonge untuk pertama kali tahun 2004. Kemudian setelah kecelakaan pesawat yang dialami Travis, trio ini memutuskan untuk 'balikan' sebelum akhirnya pisah lagi beberapa waktu silam. Diluar dugaan saya, Mark tidak kembali mengistirahatkan Blink-182. Mereka bersiap melepas masterpiece mereka setelah sebelumnya gagal dibawakan bersama Neighborhoods yang terkesan 'maksa dan terlalu AVA'. Seperti yang saya katakan sebelumnya, karya mereka akhir-akhir ini terlalu banyak Tom's voices-nya. 
  Maka menjadi ekspetasi, khususnya bagi saya sendiri, sih. Akankah kerja mandiri Mark dan Travis tanpa Tom Delonge di karya mendatang ini, mengembalikan nuansa Blink-182 semasa album smiley? Atau hanya bakal memberikan nuansa +44 yang jadi kidung pelipur lara Mark Hoppus ditinggal Tom tahun 2004 silam?
  Berangkat dari harapan tersebut, saya akhirnya meluangkan Jumat Agung sore ini untuk mendengarkan kembali karya terakhir mereka sebelum broke up tahun 2004 lalu yakni Self-Titled. Menurut saya, inilah roh terakhir Blink-182 yang belum kembali dibangkitkan meskipun trio ini sudah pernah balikan. Neighborhoods dan Dogs Eating Dogs were good, but weren't as this album.
  Hmm, terakhir kali saya listening full album ini sepertinya pas sedang mengerjakan novel terbengkalai saya yang judulnya Alterego. Setiap malam saya jadi makhluk nokturnal, mengurung diri di kamar bersama laptop, listening lagu-lagunya trio Mark, Tom, Travis, yang memang menjadi salah satu nyawa dari novel tersebut. Aaah, malah jadi ksbb, sayang sekali novelnya masih belum bisa terbit, habisnya ditolak penerbit, sih! Hehehe..
  Jadi bagaimana kesan re-listening album Blink-182 - Self Titled hari Jumat tanggal 25 Maret 2016, di bawah deras hujan Sleman Utara? Cekidot! 

BLINK-182
studio album by Blink-182 released November 18, 2003 recorded January–October 2003 Genre 
  • Pop punk 
  • alternative rock
  •  length 49:23 label Geffen producer Jerry Finn (sumber Wikipedia)
    FEELING THIS
     ASYIK banget! Itulah kesan pertama ketika saya mendengarkan kembali lagu ini setelah sekian lama, sebagai suatu awalan dari rangkaian track album Self Titled ini. Dengan liriknya yang mesum dan ngeres, struktur lagu sederhana khas musik-musiknya Blink-182, tapi melodinya (terutama chorusnya) yang nyantol banget, menjadikan lagu ini benar-benar suatu pembuka yang tepat.
      Waktu saya dengarkan hari ini, saya baru sadar music director lagu ini benar-benar kasih masukan yang tepat bagi Blink-182 buat mengakhiri lagu endless ini dengan cara paling tepat. Kenapa saya bilang endless? Sebab kalau mau diterusin sampe 'tak terhingga' menit, lagu ini bakalan tetap asyik dinyanyikan. Lalu kenapa saya bilang cara paling tepat?
      Begini, coba didengarkan deh. Lagu 'Feeling This' ini ending-nya rapih banget, dengan metode ditimpa pakai vokal-vokal bagian lagu lain lalu musik pokok lagunya di fading out secara tepat. Momentumnya pas banget ketika mengalihkan pendengar, hingga tahu-tahu lagunya tinggal bagian so lost and disillusioned lalu kemudian selesai. Rapi sekali, bukan?

    OBVIOUS
    SEPERTI judulnya sendiri, lagu ini memang hadir dengan begitu obvious. Diawali dengan raungan gitar yang penuh distorsi, track kedua ini bisa dengan cepat mengajak pendengar move on cepat-cepat dari lagu pertama.
      Kalau lagu pertama benar-benar mengenalkan warna musik Blnk-182 yang asyik dan fun, maka lagu kedua ini dengan sukses membawa nuansa dewasa dan lebih dark album ini ketimbang album-album Blink-182 yang sebelumnya.
      Ya! Lagu 'obvious' ini memang terkesan lebih dewasa dan lebih gelap dari Blink-182 yang pernah ada. Mereka nggak sekedar band pop punk murahan nan kebocah-bocahan, tapi juga mampu hadir dengan dewasa dan emotional. Lagu ini menjadi bukti bahwa perjalanan musik trio ini semakin waktu semakin tumbuh, tidak stuck di tempat itu-itu saja. Proyek sampingan para punggawa band Blink-182 seperti Box Car Racer dan Transplants membawa mereka jadi lebih berani untuk berekspresi beda dan bereksperimen dengan rekaman ini. 
      Bagi saya, sih, nice sangaat. Sebab dengan begitulah Blink-182 jadi mampu berdiri lebih dewasa dan lebih independen, sekaligus lebih bisa dapat pendengar diluar genre pop punk. Eksperimental itu sangat perlu sebagai musisi!

    I MISS YOU
    YANG namanya album tentu saja mesti punya hits single yang mampu menggaet sebanyak mungkin pendengar. Dan menurut saya, salah satu album yang baik mesti mengandung lagu yang tidak hanya mampu menarik pendengar setia, tapi juga pendengar umum. Track ketiga ini berhasil melaksanakan misi tersebut.
      'I Miss You' yang eksperimental dan lebih gelap menjadi ode favorit para pendengar galau maupun patah hati nan kangen seseorang untuk didengar dan dinyanyikan. Dengan chorusnya yang punya lirik 'ngena' sekali, don't waste your time on me you're already the voice inside my head, orang-orang jadi tertarik untuk bergalau ria.
      Kalau kamu doyan update listening di Path, maka lagu ini menjadi lagu yang tepat untuk menjadi salah satu materi listening. Dengan kepopulerannya yang cukup luas, lirik yang ciamik dan mengena di hati, dijamin teman-teman Pathmu dengan cepat memberikanmu love.
      Saya tidak tahu keadaan tahun 2004 kayak gimana, karena saat itu saya masih balita. Namun dengan video klipnya yang kesannya vintage dan horror, saya yakin 'I Miss You' ini cukup populer di MTV. Maka pendengarnya pun jelas lebih banyak dong. 
      Intinya, sih, lagu ini adalah lagu paling komersil di album Self Titled ini! I miss you, I miss you...

    VIOLENCE
    TRACK-track awal album ini sepertinya sengaja memamerkan hasil eksperimental Blink-182 dari album-album sebelumnya. Terbukti, intro lagu keempat ini yang lagi-lagi berbeda daripada lagu-lagu di album sebelumnya.
      Jika sebelumnya Blink-182 biasa mengawali lagu dengan tradisi umum lagu-lagu pop punk, maka di lagu ini Blink-182, khususnya Tom, memberi awalan yang lebih emosional. Erangan gitar yang nuansanya post-punk  banget! Empat puluh detik awal lagu ini dibawakan dengan metode 'menuju klimaks', yakni makin muncak dan muncak. Pukulan drum Travis dan erangan gitar Tom membawa pendengar ke melodi yang begitu post-punk.
      Setelah intro yang cukup panjang, sekitar satu menitan, intro yang tidak biasa bagi band-band pop punk dengan lagu rata-rata 3 menitan saja, barulah lagu masuk. Verse awal lagu ini hanya diisi oleh vokal Tom Delonge dan ketukan ritmik. Barulah begitu masuk ke bagian reff, lagu ini kembali menghentak seperti bagian inti pada intronya.
      Secara struktur, lagu ini sederhana banget. Cuman susunan melodi verse-chorus yang diulang-ulang. Yah, notabene lagu-lagu di album ini memang sederhana sih strukturnya. Hanya saja di bagian plot, Blink-182 semakin bervariasi dalam membawakannya.
      Ending lagu ini juga menjadi favorit saya. Sesuai dengan judulnya 'Kekekerasan', ending lagu ini begitu kasar tapi lagi-lagi rapi. Jadinya berkesan sekali.

    STOCKHOLM SYNDROME
    JUDUL lagu satu ini sama seperti judul lagunya Muse dan One Direction. Hmm, tidak ada hubungannya sih. Saya rasa juga kebetulan saja. Eh, tapi, entah juga ya kalau One Direction. Kabarnya boyband tersebut menyimpan rasa kagum sama Blink-182. Iya beneran. Saya pernah baca di salah satu artikel di blink182indonesia kok.
      Eksperimentalnya Blink-182 kembali terasa semenjak detik pertama lagu ini dimulai. Dengan ketukan drum dan erangan gitar yang post-punk sekali, pendengar diajak bergelap-gelap ria dalam suasana lagu.
      This is the first (thing I remember)
      Now it's the last (thing left on my mind)
      Bait lirik tersebut secara literasi begitu cantik dan ciamik. Penuh kontradiksi dan kalian paham 'kan yang penuh pertentangan dalam sastra itu indah sekali kalau disusun dengan baik. Dan Blink-182 berhasil menyusunnya dengan baik. Perasaan saya mengatakan Mark yang membuat lirik, sebab Mark tampak lebih nyastra ketimbang Tom. Eh, tapi entah juga deng, buktinya sekarang Tom yang banting stir jadi novelis.
      Secara melodik, sejak bait pertama pun lagu ini nonjok banget. Kolaborasi vokal Tom yang keras dan Mark yang ngebass begitu asyik dinikmati. Kemudian di bagian pertengahan lagu, Mark memberi kejutan dengan membawakan vokal yang tinggi dan juga keras. Siapa yang menduga?

    DOWN
    MELLOW. Begitulah kesan yang ditimbulkan selama dan setelah mendengarkan lagu 'Down' ini. Bukan hanya suasana lagunya saja yang lebih melow dari lagu-lagu sebelumnya, namun juga sejarahnya. 
      Begini lho, kalau saya tidak salah, saya pernah baca bahwasanya setelah perilisan klip lagu ini sebagai single selanjutnya untuk album Self Titled, atmosfer di dalam band mulai gerah dan setelahnya pun Tom Delonge memutuskan untuk hengkang.
      Jadi istilahnya, ini single terakhir dari Blink-182.
      This can't be the end...
      Padahal lagunya mah malah terkesan nggak selesai-selesai, karena selama 1 menit terakhir hanya diisi melodi piano yang begitu-begitu saja plus ritmik dari Travis (yang juga begitu-begitu saja) lalu berakhir dengan fading out.

    THE FALLEN INTERLUDE
    ENTAH siapa yang menginspirasi dimulainya tradisi menyelipkan track meaningless di pertengahan album. Sebab setelah broke up kemudian balikan pun, lagi-lagi Blink-182 menyelipkan track interlude. Yup, selain 'The Fallen Interlude' di album Self Titled, Blink-182 juga menyelipkan track sejenis di pertengahan album Neighborhoods. Kira-kira ide siapa sih itu?
      'The Fallen Interlude' saya rasa merupakan interlude dari lagu 'Down'. Berisi dentingan piano yang diulang-ulang, solo drum, dan vokal down, down, down, pick me up I'm falling, track ini menjadi semacam ajang rehat dan relaksasi bagi pendengar. 
      Meresapi lagu ini, Anda bakal merasa sedang jatuh bebas setelah mendengarkan lagu 'Down' yang membuat Anda berasa jatuh, jatuh, jatuh...

    GO
    MENGHENTAK! Nuansa mellow dua track sebelumnya berhasil mengangkat lagu dengan durasi hanya 1 menit 55 detik ini begitu tinggi. Ringkas, tapi keras. Benar-benar cocok dengan judulnya. Setelah 'berjatuh ria' dengan 'Down' dan 'The Fallen Interlude' kamu kembali diajak berlari dan menghentakkan kaki bersama lagu 'GO' ini. 
      Vokal Mark Hoppus yang terkesan terengah-engah di lagu ini serta teriakan Tom Delonge yang rusuh banget memberi kesan yang cukup mendalam buat lagu pendek ini. Jadi pendengar tidak akan sadar bahwa lagu ini sejatinya pendek sekali, tapi asyik!
      Mendengarkan lagu ini seperti disuguhkan kembali Blink-182 yang biasanya. Tanpa unsur eksperimental sama sekali. Dengan semburat dengungan gitar dan bagian solo vokal, lagu ini benar-benar terkesan sangat punk dan rusuh banget! Favoritlah!

    ASTHENIA
    BUAT saya yang paling bikin penasaran adalah apa itu sebenarnya Asthenia? Entahlah, judulnya itu merupakan vocab dalam Bahasa Inggris bukan, sih? Ada yang tahu? Sepengetahuan saya perihal 'Asthenia' ini sebatas lirik awalnya yang katanya disadur dari surat kakeknya Tom Delonge kepada neneknya Tom Delonge.
      Kembali lagi ke frasa asthenia, saya pernah mau memakai nama itu untuk band saya tapi batal. Soalnya ternyata sudah ada band yang memakai nama itu. Beneran, saya melihatnya sendiri di spanduk di dekat Stasiun Tugu.
      Bagi saya, selain judulnya, tidak ada yang berkesan tentang lagu ini. Biasa saja. Should I go back, should I go back?

    ALWAYS
    SELALU menjadi lagu yang sekalinya didengerin bakal bikin pengen diulang-ulang, namun sekalinya bosan maka bakal bosan sebosan-bosannya hingga dengar intronya aja jengah. Itu pengalaman pribadi saya sih. 
      Saya suka sekali dengan lagu 'Always' ini soalnya memang lagu ini easy listening. Saya rasa sama enak didengarnya setelah 'I Miss You' sehingga tidak heran lagu ini pun dijadikan salah satu hits single. Diawali dengan permainan ritmis sederhana (atau malah rumit) dari stik drumnya Travis, lagu setengah ballad ini dimulai. Liriknya playboy banget, terlebih bagian chorusnya. Makanya entah kenapa cocok sekali dibawakan oleh Tom. Secara musikalitas pun lagu ini manis banget. Cocok untuk jadi lagu latar film-film romance teen. Namun selayaknya lagu-lagu yang easy listening, sekalinya bosan maka kamu bakal malas dengarin lagi. Saya dengarin lagu ini saja, baru sekarang!
      Yang unik dari lagu ini adalah video klipnya. Hmm, sinematografinya unik sekali. Bagus, menghibur, dan berani.

    EASY TARGET
    NUANSA eksperimental kembali disuguhkan Blink-182 di lagu ini. Kalau membaca liriknya, kamu pasti bertanya-tanya, siapa itu Holly? Hmm kalau ingatan saya tidak salah, album ini sebenarnya termasuk concept album, yakni album yang setiap lagunya punya alur berhubungan. Ya, semacam American Idiot-nya Green Day gitu, itu kalau saya nggak salah baca artikel American Idiot,ya. Hehe.
      Yang jelas, bagi saya, yang paling berkesan dari lagu ini adalah bagian vokal yang diisi oleh Mark Hoppus di bagian chorus.
      Holly's looking dry, looking for an easy target.
      Let her slit my throat give her ammo if she'll use it.
      Caution on the road lies lies and hidden danger.
      Southern California's breeding mommy's little monster.
      Ketika Mark nyanyiin bagian tersebut, suara dia diam-diam bertambah makin geram dan makin geram. Cocok sekali dengan liriknya yang mengerikan tersebut. Mark seolah-olah dirasuki roh yang marah. Never heard Mark being so emotional like this before.

    ALL OF THIS
    SEPERTINYA saya tidak salah perihal concept albumi di atas. Sebab di lagu 'All of This' ini, liriknya masih ada hubungannya dengan track sebelumnya yakni 'Easy Target'. Nama Holly masih disebut-sebut disini.
      Terlebih, melodi gitar lagu ini pun sama persis dengan melodi di akhir lagu sebelumnya. Hanya saja, di lagu ini gitarnya dibawakan secara akustik. Yang lebih spesial lagi, di lagu ini Blink-182 memboyong frontman band The Cure, Robert Smith untuk mengisi vokal.

    HERE'S YOUR LETTER
    BLINK-182 kembali menyuguhkan kedewasaan mereka di lagu ini. Dengan melodi yang terasa lebih emosional daripada lagu-lagu mereka di masa sebelumnya, lagu 'Here's Your Letter' ini bergulir dengan beat yang cepat.
      Mark Hoppus menggawangi vokal lagu ini secara penuh. Selain itu, bagi saya tidak ada sesuatu yang berkesan dari lagu ini. Emosional, ya. Tapi kita tahu Mark Hoppus mampu menyuguhkan yang lebih di side project +44 setelah hiatusnya Blink-182. Nice song, Mark.

    I'M LOST WITHOUT YOU
    TOM Delonge membawakan lagu yang lebih berkesan ketimbang lagu yang dibawakan oleh Mark pada track sebelumnya. Sepertinya memang disengaja bahwa album ini diakhiri dengan dua lagu yang dinyanyikan sendiri-sendiri oleh Mark dan Tom. Lagu 'Here's Your Letter' kurang dapet buat saya.
      Namun lagu 'I'm Lost Without You' ini berhasil memenangkan hati saya. Sangat berhasil. Saya tidak menyangka Tom bisa semelankolis ini dalam bernyanyi. Alhasil, lagu yang memang ditujukan menjadi lagu mellow ini benar-benar mengajak pendengar untuk bermelankolis ria.
      Dengan pembawaan yang begitu ballad diiringi petikan gitar dalam delay effect khas Angels & Airwaves, corak Tom Delonge dalam bermusik selanjutnya mulai kehilatan. Dia makin memperlihatkan motif barunya dalam bermusik. Such a nice song, Tom.
      Lagu ini diakhiri dengan solo drum Travis yang begitu ciamik. Mengingatkan kita ada sosok drummer yang hobinya shirtless diantara dua pentolan Blink-182. Sosok yang selanjutnya menyatukan kembali Mark dan Tom.

    NOT NOW (BONUS TRACK)
    INI track favorit saya di album Self Titled. Tidak seeksperimental 'Obvious' dan 'Violence' memang, tapi berkesan bagi saya. Tidak sekomersil 'I Miss You' dan semanis 'Always' memang, tapi mudah untuk didengar dan disenangi. Tidak menghentak 'Go' dan 'Feeling This' memang, tapi beat-nya pas untuk dinyanyikan. Justru bonus track dan merupakan hilir dari perjalanan mendengar kembali Self Titled inilah yang berhasil mencuri hati saya.
      Seakan berkata, jangan berakhir.. not now..


    BEGITULAH perjalanan singkat saya selama 50 menit menyisakan waktu untuk mendengarkan kembali roh Blink-182 yang belum pernah dibangkitkan kembali. Akankah ekspetasi para fans setia Blink-182 terkabulkan untuk mendengarkan lagi Blink-182 yang bersemayam semenjak 2004 silam? Apakah Mark Hoppus berhasil membangkitkan Blink-182 semasa Self Titled ke belakang? Ataukah album baru esok hanya akan terdengar selayak +44? Atau malah Screamy Matt akan menambahkan corak warna baru dalam musik Blink-182 kedepannya?
      Entahlah. Kita tunggu saja.
      Yang pasti, album Self Titled merupakan salah satu masterpiece Blink-182 oleh karena kayanya setiap personil saat itu akan pengalaman dan nuansa emosional mereka yang kala itu 'sudah jadi bapak' bukan lagi teenagers
      Bagi saya, di album Self Titled ini Tom adalah satu yang paling berkembang dan meninggalkan corak khas yang berbeda. Tom tampak begitu emosional dan dewasa daripada di album-album sebelumnya. Tom yang seperti ini rasanya sulit untuk kembali lagi. Menurut opini saya, Tom kini lebih suitable dengan dirinya di Angels & Airwaves. Bermain dengan delay effectdrum machine, novel, dan sebagainya. He is growing old.
      Pun dengan Mark Hoppus. Tampaknya ialah yang lebih cocok untuk mewarisi spirit Blink-182 yang fun dan punk, namun tetap dengan keahliannya menyusun lirik beratmosfer balada selayak +44. Setidaknya berpisahnya kedua insan ini membuat masing-masing berkembang sesuai dengan passion masing-masing. Bukan setengah-setengah dan nanggung seperti halnya Neighborhooods. (ae.25)





    Comments

    Popular Posts