Pohon Keluarga


Bapak suka bercocok tanam,
kendati gelar sarjananya didapatkan dari mempelajari ilmu kelautan
dan pekerjaannya berkutat pada pemasaran.
Konon, kegemarannya tersebut ditumbuhkan dari kedua orang tuanya yang petani
Sebagaimana pohon,
tidak pernah jauh menjatuhkan buah

Tanam-tanaman di tepi selokan,
sayur-sayuran di pinggir pagar
merupakan hasil karya Bapak
yang kemudian ia titipkan kepada buah
yang thukul semenjak pertama 
Bapakku dulu bertumbuh dewasa
Menanam benih pada tanah yang kupanggil Mama
(panggilan itu lalu kurevisi menjadi 'Ibu' pada umur 5 tahun 
-- supaya tidak kebarat-baratan, ceritanya)

Buah-buahan tumbuh subur sampai tiga jumlahnya
Benang sari semua-muanya

Tanam-tanaman di tepi selokan,
sayur-sayuran di pinggir pagar,
tidak sering kami guyuri
semata-mata karena kami tidak mau diduakan:
"'kan kami yang sebenar-benarnya tumbuh dari tunasmu sendiri?
'kan kami yang sebenar-benarnya tanamanmu sendiri?"

Alasan demi alasan
buah-buahan belajar di sekolahan,
sebegitu banyak pe-er tuk digarap,
sering tidak, sih, tak lebih baik
daripada tidak sering

Tanam-tanaman di tepi selokan,
sayur-sayuran di pinggir pagar,
berdiri mendayu-dayu; layu
Tidak sering kami guyuri
sering tidak menyenangkanmu

Harusnya kami tahu,
Bapak suka bercocok tanam
kendati bertemu Ibu di tepi lautan
sebab konon dibuatnya Ibu penasaran
Pekerjaanku, muncul dari senggama lalu kemudian patuh pada alur semesta
Dalam pohon keluarga,
tidak pernah jauh jarak pohon dan buah

Dalam pohon keluarga,
Ibu adalah akar
kata seorang penyair, tak harus terlihat untuk jadi penguat
Bapak adalah batang
sebagai penopang

Batang tak pernah mengeluh diterpa angin
Bersama akar, ia mencengkram tanah kuat-kuat

Batang selalu menjulang
Ditopang akar, ia mendekatkan dahan dan ranting kepada hujan

Batang tak pernah mengeluh
Kendati berkali dicoba tuk ditebang, 
ia tak bergeming sekalipun kayunya cedera

Hingga pada suatu ketika
Batang tahu kapan harus mengalah pada suasana
Saat itu ia akan rebah kepada akar
sembari memastikan daunnya jatuh ke tanah paling terakhir

Dalam pohon keluarga,
aku memilih untuk menjadi daun.

Aku mungkin jatuh merebah akar
tapi akan terbang mengekor suar matahari

Ketika mati
aku akan menghidupkan pohon lagi
lalu menjadi batang
seperti Bapak sekarang

Sleman, 26 Desember 2018.
Sedang takut jadi korban bencana, tapi tak berhenti berbuat dosa.

Comments

Popular Posts