Berantakan



Seorang teman menyarankan kepada saya:

"Dam, coba kamu pake skincare deh!"

Saya paham apa yang dia maksud tidak semata-mata memberi saran untuk menggunakan skincare. Wajah saya memang penuh bekas jerawat, terlebih setelah rambut saya gondrong. Atas saran tersebut saya sama sekali tidak tersinggung. Saya memang orang yang jarang merawat diri. 

Boleh dibilang, untuk perawatan fisik, saya hampir tidak pernah memikirkannya. Terlebih setelah menginjak umur 20-an, saat makin berhenti laju pertumbuhan. Saya lebih sibuk memupuk kualitas diri sebagai suatu treatment yang saya anggap lebih bermanfaat saat ini.

Kadang saya berandai apabila bisa diputar ulang, sejak dulu pasti saya akan rajin olahraga, makan yang bergizi, dan melakukan apa saja untuk memuaskan diri saya saat ini secara fisik. Tapi mau bagaimana lagi. Itu 'kan cuma angan-angan. Lagipula, kalau genetik sudah menetapkan seperti itu, ya mau bagaimana.

Lagipula, ibu saya kerap mewanti-wanti kepada saya bahwa wajar saja laki-laki punya bekas jerawat di wajahnya. Lebih macho, kata beliau. "Ibu lebih suka." Ya, sih, tapi itu 'kan ibu saya, perempuan lain belum tentu ☺️

Untuk masalah penampilan, paling-paling yang saya amat banggakan adalah rambut gondrong ini. Sejak lama, saya memang punya keyakinan bahwa bagus-tidaknya rambut banyak berpengaruh pada style seseorang. Dan, untuk kali ini, faktor genetik membawa keberuntungan buat saya. Rambut hitam, tebal, dan bergelombang turunan nenek dari ibu saya ini betul-betul mewakili saya. Banyak yang memuji rambut saya - kebanyakan para perempuan, sebab mereka merasa iri. 

Saya amat bangga dengan rambut ini sebab punya rambut gondrong adalah impian saya sejak kecil. Kerap saya bayangkan headbang di atas panggung, mengibas-kibaskan rambut tersebut, sambil shredding solo gitar. Tiap nonton konser pun saya selalu berjingkrak-jingkrak sampai rambut gondrong ini berantakan. Pokoknya, sarana untuk berekspresi. Sehingga, tidak jarang kalau orang penasaran kenapa saya betah manjangin rambut, saya jawab dengan penjelasan:

"Ya karena aku ngerasa hidupku belum rapi, maka biar itu terpancar dari penampilan gondrongku yang urakan. Sebab aku memang begitu."

Menurut saya, lebih repot kalau orang telah melihat penampilan kita yang rapi, padahal aslinya kita masih berantakan. Seolah-olah ekspektasi orang seketika dijatuhkan. Itu menurut saya. Kalian tentu sangat berhak untuk tidak setuju.

Sebab, makin kesini pun, kadar 'urakan' saya sebenarnya perlahan-lahan mulai berkurang. Saya, yang biasanya hanya men-treatment rambut gondrong bawaan dari nenek saya ini dengan sebatas keramas, kini mulai belajar untuk rutin memberi vitamin rambut dan menggunakan conditioner tanpa bilas agar lebih rapi. Ya, saya berkeinginan untuk jadi lebih rapi!

Barangkali pola pikir itu mulai terbangun seiring pengalaman yang saya lewati. Dulu, awal-awal gondrong, euforia untuk menjadi young, wild, and free mungkin tengah menggebu-gebu. Sehingga berpenampilan berantakan dan urakan adalah sesuatu yang keren. 

Makin kesini, untuk masalah penampilan, buat saya yang terpenting dapat mengundang respect dari orang-orang sekitar. Yakni, berpenampilan sebagaimana keadaannya. Kalau sedang formal, ya berpenampilan yang rapi dan elegan. Sedangkan kalau sedang santai atau informal, ya tampil saja senyaman dan 'seurakan' saya biasanya. Intinya, mau rapi atau berantakan, keren adalah ketika kita tak dipandang remeh oleh orang-orang.

Tapi pandangan orang 'kan sesuatu di luar diri yang tidak dapat kita kontrol, ya? Nah, untuk mengakali hal tersebut, saya pikir logis kalau kita yang mestinya dapat mengakali dengan mengatur kepercayaan diri kita. Pede dan jangan minder.

Makanya, belakangan saya mulai menyempatkan diri untuk berolahraga. Sebab katanya aktivitas fisik dapat meningkatkan kepercayaan diri. Sekadar lari sore bersama kawan setelah seharian jenuh beraktivitas, rupanya amat menyenangkan.

Sekian waktu berkutat dengan dunia digital marketing, saya juga jadi sadar: nggak cukup seberapa pesatnya perkembangan kualitas diri kita, ketika kita sendiri gagal mencitrakannya kepada orang-orang. Dan, melalui penampilan adalah salah satu cara untuk pencitraa.. ehm, maksudnya branding diri. Hal tersebut tentu harus diimbangi dengan skill komunikasi dan naluri yang baik.

Yang jelas, belakangan saya jadi makin sadar bahwa merawat diri secara fisik itu sama pentingnya dengan mengembangkan intelektualitas dan value dalam diri kita. Jadi, teman-teman, ada saran skincare apa yang cocok untuk cowok yang baru mau mulai seperti saya?☺️

Comments

Popular Posts