Amuk.

"When you breathe I want to be the air for you. I'll be there for you" (Bon Jovi)
  Jumat kliwon malam ini, Winamp yang nafasnya sudah terengah-engah hampir mati itu memutarkan lantunan 90's dari Bon Jovi. Meski dari pendengaran, saya merasa jadi anak 90-an, tapi secara emosional dan keadaan saya malah berkubang dalam masalah gak pentingnya anak abad 21.
  Terkadang saya heran, kenapa ya kok Tuhan memberikan setiap manusia cobaan? Bukankah Dia sudah tau masing-masing kemampuan makhluk-Nya? Well, saya gak patut menyalahkan Tuhan dalam hal ini. Dia Maha Benar, kok disalahkan.
  Tapi.. Saya cuman bertanya-tanya kok.
  Tapi entah, ya. Tuhan itu memang penulis Maha Naskah terbaik sepanjang sejarah alam semesta atau malah iseng. Masa Dia berikan manusia perasaan jatuh cinta, tapi Dia berikan pula variabel untuk menjatuhkan cinta itu ke titik paling dasar bumi. Masa Dia berikan manusia kehidupan yang seolah tanpa dogma (jika hidup bisa sebebas-bebasnya), tapi Dia ciptakan juga sistem dosa-pahala. Masa Dia ciptakan manusia yang merupakan makhluk ciptaan-Nya yang tersempurna, tapi Dia pertahankan juga Iblis serta syaitonirojim yang derajatnya jauh dibawah manusia, tapi bisa turut menarik jatuh manusia ke sederajat setan-setan. Masa Dia desain benar-benar alam semesta jagad raya Maha Indah ini, tapi Dia juga niatkan matang-matang bagaimana cara mengakhiri segalanya tersebut.

 ...

 ...


 ....

  Kalau dipikir-pikir, siapa pula yang bisa menjawab segalanya secara jelas dan pasti pertanyaan-pertanyaan diatas kecuali pihak Tuhan sendiri? Kita, manusia, otak dan akal pikir kita gak ada ampas-ampasnya dibandingkan Tuhan yang Maha Maha.

 ...


 ..

 ...

  Namun konon katanya, setiap cobaan yang Tuhan berikan ke kamu, berarti sedikit demi sedikit derajat kamu dinaikkan perlahan olehNya. Isn't that good? Anggap semua ini bagaikan ujian, bro.. Semakin baik kamu melewati ujian tersebut, makin baik nilaimu.
  "Cobaan dan azab sedikit bedanya" (seorang khatib Jumat pernah berkata begini dalam khotbah)
  Ini horor nih. Gimana seandainya kamu sudah kadung bahagia karena seolah dapat cobaan yang bisa menaikkan derajatmu, tapi ternyata yang kamu sangka cobaan itu adalah azab? Kamu akan gimana?

 ..

 ...

 ..

  Situasi macam itu sama seperti ketika kamu pikir kamu adalah the only hope bagi seorang makhluk lain tapi ternyata tidak. Ternyata banyak harapan lain yang bahkan jauh lebih besar daripada harapan yang kamu berikan. Ketika kamu pikir kamu adalah satu-satunya harapan dan kamu pertahankan benar-benar harapan itu sampai dirimu sendiri kau lupakan, tapi setelah kamu bingkis dan rangkai harapan itu seindah mungkin dan siap kau berikan pada makhluk tersebut, variabel-variabel lain mengganggu. Begitu penggangu reda, samar-samar diantara kabut hujan kau lihat tangan lain telah mengulurkan pertolongannya untuk makhluk itu.
  Kamu akan gimana?

  Tuh 'kan..
  Masa Tuhan berikan harapan, tapi Dia berikan juga sesuatu bernama keputusasaan.

 ...


 ...


 ..

  Maka amuklah.
  Amuklah sampai kamu terpuaskan.
  Gelorakan kepedihan sedihmu itu dalam bentukan amuk.
  Jangan bakar ban karet!
  Jangan teriakkan perasaanmu lewat speaker pendemo!
  Tak perlu kamu injak bendera Paman Sam, atau paman-paman lainnya..
  Tak perlu kamu ceritakan ke dunia maya, atau dunia-dunia lainnya..
  Jangan pula kamu goreskan pisau ke urat nadimu, atau malah urat nadi temanmu..
  Tumpahkan saja amukmu.
  Tumpahkan jadi sebentuk cair tinta.
  Tumpahkan ke atas kertas.
  Jadikan kata-kata indah.
  Jadikan partitur-partitur nada kegalauan.
  Jadikan lukisan garis perasaan.
  Kamu raja dalam imajinasimu.
  Kamu pemberontak dalam imajinasimu.
  Kamu siapa saja dalam imajnasimu.
  Amuk saja!
  Amuklah sampai kamu terpuaskan.
  Karena rasi bintang mana pun tak pengaruhi jalan hidupmu.
  Tuhan susun naskah hidupmu bukan atas rasi bintang, garis tangan, tanggal kejawen, huruf depan, dan lain-lain lainnya..
  Amuk saja!
  Ada 'kamu' dalam 'amuk'
  Temukan kamu selepas amuk!
  (Amuk. AE, 2013)


 ..

 ...

 ..

  "Boleh aku jawab kegalauan hatimu itu?" tanya rumput, seraya bergoyang-goyang.
  Aku mengangguk.
  "Baiklah. Dengar baik-baik ya. Ingat lekat-lekat ya. Jangan kau lupakan jawabanku ini, tak ada yang tahu kapan aku akan bergoyang lagi." ujar rumput, masih bergoyang.
  Aku mengangguk lagi.
  "Kamu ngaku-ngaku akan jadi udara untuknya bernafas, ngaku-ngaku akan berikan matahari dari langit buatnya, lalu ngaku-ngaku ke dia I'll be there for you, sementara kamu disini. I'll be there atau I'll be here sih maumu? Dia gak butuh kamu disini, nyanyi-nyanyi gak jelas seolah kamu peduli dia. Yang dia butuhkan adalah kamu disana. Dan bukannya memang seharusnya you'll be there for her? Sekarang maumu gimana? Ngakunya cinta kok modal lagu cinta doang!" kata rumput. Lalu ia masih bergoyang-goyang.
  Aku merasa hina. Tapi sekaligus merasa tercerahkan langitku. Rupanya disitu letak kesalahanku. Rupanya cinta bukan sekedar modal lagu cinta, sama seperti amuk. Amuk bukan sekedar marah, amuk adalah proses menemukan 'kamu' dalam 'amuk' tersebut.
  "Lalu, rumput, boleh aku tanya lagi?" pintaku.
  Rumput mengangguk dan masih bergoyang.
  "Menurutmu, kenapa ya Tuhan ciptakan putih, sekaligus ciptakan hitam?" tanyaku polos.
  Tapi rumput terdiam.
  Benar-benar terdiam.
 
 ..

 ...

 ...


 ..

 Sudah kutelusuri. Sampai bertapa berminggu-minggu cahaya untuk menemukan maksud Tuhan.
  Kenapa Dia berikan manusia perasaan jatuh cinta, tapi Dia berikan pula variabel untuk menjatuhkan cinta itu ke titik paling dasar bumi?
  Kenapa Dia berikan manusia kehidupan yang seolah tanpa dogma (jika hidup bisa sebebas-bebasnya), tapi Dia ciptakan juga sistem dosa-pahala?
  Kenapa Dia ciptakan manusia yang merupakan makhluk ciptaan-Nya yang tersempurna, tapi Dia pertahankan juga Iblis serta syaitonirojim yang derajatnya jauh dibawah manusia, tapi bisa turut menarik jatuh manusia ke sederajat setan-setan?
  Kenapa Dia desain benar-benar alam semesta jagad raya Maha Indah ini, tapi Dia juga niatkan matang-matang bagaimana cara mengakhiri segalanya tersebut?
  Kenapa Tuhan ciptakan putih, sekaligus ciptakan hitam?
 
  Loh, suka-suka Tuhan. Kenapa enggak?
  Kenapa iya??

  Mungkin..ini mungkin lho, just my opinion..
  Mungkin karena dengan adanya variabel untuk menjatuhkan cinta ke titik paling dasar, perasaan jatuh cinta itu jadi lebih bermakna.
  Mungkin karena dengan adanya sistem dosa-pahala, kehidupan yang seolah tanpa dogma ini jadi lebih bermakan.
  Mungkin karena dengan dipertahankanNya Iblis dan kroninya, derajat sempurna manusia jadi lebih bermakna.
  Mungkin karena dengan memikirkan cara mengakhiri segalanya, alam semesta jagad raya ini jadi lebih bermakna indahnya.
  Mungkin dengan adanya hitam, putih jadi lebih kentara.

  Suatu hal tak mungkin diciptakan tanpa ada gunanya.


  ..


  ...


  Jadi begitulah..
  Amukmu itu pun pasti berguna.
  Sudahkah kau temukan 'kamu' dalam 'amuk'?


"Jangan pula kamu goreskan pisau ke urat nadimu, atau malah urat nadi temanmu.."

Comments

Popular Posts