Hujan Hujaman

"Selangit penuh mendung memperingatkan. Seribuan mata pisau terhujan. Dan payung baja kubiarkan tak mengembang. Ketakutan yang menenggelamkan." 
(Hujan Mata Pisau)

  Sudah aku ulang berkali-kali lagu ini. Entah sejak kapan aku mulai menyukainya. Entah kapan pula aku akan mulai jengah akan bait-bait indahnya. Bait indah. Ya. Aku selalu terpacu untuk merangkai kala mendengar, membaca, maupun merasakan bait-bait indah. Kasih sayang Tuhan terbesar kepada manusia menurutku adalah karunia iqro. Karena dengan turunnya perintah membaca dari sang kudus, aku jadi punya alasan untuk menggoreskan bait-bait dan selanjutnya umat manusia punya 'kewajiban' untuk iqro. Membaca. Baca alam, baca suasana, baca hati, baca waktu.. Aku tak pernah membayangkan bagaimana seandainya aku harus mati tanpa mampu membaca.
  Dan karena perintah iqro kepada Kanjeng Nabiku (yang kabarnya buta huruf, tapi extremely lucky karena jadi kekasih Allah) itulah alasanku terus menulis.

  ..

  ...

  Tapi ini bukan tentang itu. Abstrak, ini. Cantik, iya. Karena aku pernah bilang kalau abstrak itu cantik. Dan aku sekarang bertanya, apakah cantik itu abstrak?
  Oh, man, ini bukan soal tanggal cantik atau tanggal abstrak. Bukan soal Emma Watson yang cantik ataupun wajahku sendiri yang abstrak.
  Ini soal keterlambatan. Dan baru aku sadari setelah hujan menenggelamkan pori-pori tanah yang mestinya bisa kucium aroma petrichornya nanti, setelah hujan. Tapi banyak pertanyaan yang menghujan kala hujan sedang menerjang dan membasahi tanah yang dibangun oleh dosa dan ambisi ini. FYI, di dunia ini kini, kota seistimewa apapun tak mungkin bersih dari dosa, konspirasi, manifestasi politik, korupsi, kebohongan, penghianatan, dll dll. Mau Mekkah, Madinah, Vatikan, Jerusalem, Jogjakarta, Kediri, Palembang, etc semuanya kotor. Beruntunglah ada pepatah 'kebersihan sebagian dari iman',  Tuhan pun menurunkan hujan buat membersihkan segalanya--setidaknya untuk sementara.

  ..

  ...

  Soal apa tadi? Keterlambatan? Ah iya. Jadi ini tentang itu. Tentang hujan di tanggal abstrak ini (abstrak=cantik) yang turun dan membersihkan debu-debu di payung bajaku. Tapi naas, aku terlambat menyadarinya. Lalu tahu-tahu aku tenggelam dengan naluri yang ditekan-tekan oleh ketakutan menuju dasar air mampu menenggelamkan.
  Wah, panik aku.
  Aku terlambat. Padahal aku jarang sekali terlambat menyadari keterlambatanku. Seingatku selama menuntut ilmu di majelis ilmu menengah keatas nomor dua seJogjakarta ini, temanku Irfan yang biasanya terlambat.
  Dan kini aku terlambat. Lebih dari sekedar ter-lam-bat. Terlambat disini bukan sekedar aku tertinggal waktu yang seharusnya, melainkan aku jadi orang di posisi paling lambat. Semua kebodohan ini berkat sikap tak acuhku dan tak segera mengembangkan payung bajaku untuk menyelamatkan dia dari hujan hujaman. Hujaman apa saja. Hujaman tersesat, hujaman menangis, hujaman marah, hujaman depresi, hujaman putus asa, hujaman apa saja. Apa saja!
  Semoga belum ada payung baja lain yang melindungi sekumpulan molekul makhluk hidup itu. Semoga..

  ..

  ...


  IQRO!
  Jibril menyampaikan.


 ..

 ...

  Baca. Baca. Baca. Baca. Baca. Baca!
  Baca alam, baca suasana, baca hati, baca waktu.. Aku tak pernah membayangkan bagaimana aku masih belum pandai membaca..
  Baca alam, baca suasana, baca hati, baca waktu.. Aku tak pernah mengira bagaimana lalainya aku, tak acuhnya aku, lupanya aku, durhakanya diriku, jahanamnya sikapku..
  Baca alam, baca suasana, baca hati, baca waktu.. Aku tak pernah menyangka betapa sombongnya aku yang baru lihai membaca 26 alphabet saja..
  Tapi terang-terangan sombong itu lebih saleh ketimbang pura-pura rendah hati agar kesombongannya tertutupi sikap palsu. Yeah, agree.

  ..

  ...

 Hujan hujaman. Ternyata bukan dia doang yang ketiban jutaan hujan hujaman. Aku juga kena. Sakit banget rasanya. Lebih deh dari Menghujam Jantung-nya Tompi. Ini sakit banget. Serius. Suer. Gak pake boong.

  ..

  ...

  Hujan hujaman. Adakah yang akan mengembangkan payung bajanya untukku?
  Tapi aku sepertinya baru menyakiti hati beberapa orang.
  Jadi gak ada payung baja buatku ya?
  Oh.
  Jadi kali ini aku harus hujan hujanan. Hujan hujaman.




Comments

Popular Posts