Malam Senin

Aku suka membayangkan:

Tinggal di lantai 16 dari apartemen yang berada di bilangan hutan beton Ibu Kota, pada malam Senin yang terlampau larut - di tengah penat mengerjakan seabrek tugas dan berkas untuk esok hari. Aku menyelinap ke balkon kamar dan memandang gemerlap di jauh dan bawah sana: gemerlap lampu Ibu Kota pada larut malam Senin.

Seraya menyeruput secangkir kopi di tangan kananku, aku pandangi lampu-lampu Ibu Kota yang seakan bercerita. Akan kesenyapan di antara keramaian, tentang ketenangan yang didambakan, tentang diam di bawah malam. Diam bukan berarti tak bercahaya.

Aku menghayati momen menarik nafas ini untuk sejenak.
Kemudian dalam telingaku seolah-olah mengalun Selamat Pagi Malam dari Agustin Oendari, mengisi nada-nada malam.
Ini malam Senin.

Ada hangat yang pelan-pelan membelai sukmaku. Malam Senin terasa begitu spiritual. Kehidupan di tengah Ibu Kota terasa begitu relaktatif. Ada nuansa meditasi - mewarnai gradasi Minggu Hebat menuju Senin Penat.

Ada kamu disampingku.
Menenangkanku.


Di balik tulisan: Berawal dari laman youtube channel Indielokal inilah akhirnya tulisan ini tercipta. Video klip Seringai - Mengadili Persepsi-lah yang membawa saya menemui Agustin Oendari: setelah melalui ERK, Sore, Float, dan White Shoes yang nangkring di suggestion videos. Judul lagunya yang unik langsung menarik saya. Begitu lihat konsep videonya yang simpel, saya langsung tersihir background-nya yang sederhana tapi mengena. Kemudian saya mulai membayangkan, dan jadilah tulisan malam ini. (gusdam)

Comments

Popular Posts