Gadis Jelmaan Luna

  Seingatku itu 10/6.
  Kala itu mataku lekat-lekat menatap wajahnya yang bersinar. Rasanya matahari kalah pamor ketimbang cahayanya yang syahdu selayak luna. Dengan rambutnya yang hitam mengkilat, dia tak jauh beda dengan bintang-bintang iklan shampoo itu. Aih, berlebihan ya? Biarin, yang penting aku senang. Biar saja matanya tak menatapku--yang tengah menatapinya--tapi terkadang bisa kuterkam curi-curi pandangnya yang terselip di sudut matanya. Kalo waktu itu adalah salah satu adegan film India, pasti akan mengalun kidung tresna ala chaiya-chaiya dan aku akan menari bak Khan habis keracunan.
  Ehm. Aku memang keracunan. Ya, sepertinya. Sejak kemarin rangkaian kata-kata yang maya antara kami berdua telah cukup berhasil menggoyahkan taste yang dulu pernah kurasa ketika pertama kali menginjak kota ini. Padahal belum tentu wajahnya tersenyum seperti emotion yang ia tuliskan, tapi kenapa yang terbayang senyumannya ya? Aih, apaan sih.
  Kami merdeka dalam maya.
  Tapi kenyataan meredupkan kobaran semangat kami (atau hanya aku?). Buktinya kami sama-sama keok. Akhirnya cuma sebatas curi pandang--itu pun kalo aku gak ge-er.
  Seandainya kawan-kawannya dan kawan-kawanku yang ada di sekitar tiba-tiba pergi meninggalkan kami berdua, aku takkan segan mendekati lagi bunga yang terus merebakkan wewangiannya itu. Sayangnya, andai-andaiku tak terkabul. Suasana malah makin ramai. Sial.
  Lalu dia pergi deh.. Sama temannya--perempuan, tentu saja (kalo cowok, aku yang pergi). Melihat langkahnya menghilang, hatiku bergumam terus. "Yah, yah, yah.. Jangan ajak dia pergi dong!" Siapa tahu, dalam hatinya, ia juga bergumam, "Yaah.. jangan ajak aku pergi doong.. Curi pandang kami belum selesai.."
  Aih, indahnya dunia kalo itu nyata.
  Aku gak memerlukan lagi puisi cinta kalau itu yang terjadi. Kalau, sih. Entah apa yang sebenarnya.
  Mungkin aja dalam hatinya, jelmaan luna yang aduhai itu menggerutui aku. Mengutuk betapa pengecutnya aku, tak mampu sekedar menyapa dirinya. Ah.
  Mana ku tahu isi hatinya! Aku bukan cenayang! Bukan juga seorang clairvoyant. Aku perlu Riana disini. Itu pun kalo Riana bisa membacakan isi hati gadis dengan rambut hitam mengkilap itu.
  Harapanku sih.. kami bisa seperti para tokoh dari komik-komik kesayangannya. Artistik. Seru. Gokil. Gak monoton. Yah, begitulah.. 
  Yang jelas, hari itu aku benar-benar terpana melihatnya. Mungkin karena telah lama aku tak bertemu dirinya. Rupanya lirik laguku yang berjudul Saat Yang Indah itu tepat ya!

Jadi tinggalkanlah aku..
bila kau rindu saat yang indah..

  Dapat maknanya? :)
  



Comments

Popular Posts