Kutukan Download

  "Oke, nanti gue coba download lagunya."

  Nah. Kalo kalian adalah generasi yang hidup di abad 21, maka ucapan diatas sama sekali gak asing buat kalian. Yak, hubungan antara 'lagu' dan 'download' tuh rasanya erat banget. Ketika seorang musisi baru produksi lagu baru, kalian bisa langsung menikmatinya tanpa perlu susah keluar rumah maupun keluar biaya. Iya, tinggal connect internet dan seacrh di web gratisan semacam 4shared, mp3skull, dsb. Beberapa waktu kemudian, kalian bisa nikmatin deh lagu itu.
  Ironis.
  Padahal sang musisi udah susah payah merangkai syair, nyusun melodi, rekaman sedangkan kalian tinggal klik 'download', gratis pula. Aih.. Gimana musisi itu bisa tambah kreatif kalo makin hari dia malah makin miskin?

....

  Oke. Hidup di jaman sekarang memang kejam. Terkadang kalian pasti pernah merenungi dosa-dosa kalian karena nyuri hasil karya musisi-musisi itu, tapi disisi lain kalian juga gak mau keluar uang untuk sekedar download dari iTunes guna mengapresiasi mereka.
  Kalian pasti pernah merasakan itu.
  Kita pernah.
  Saya pernah.
  Tapi, ya memang beginilah kita--makhluk konsumtif tapi gak mau berkorban. Aih..
  Situasi ini bener-bener berbeda dari <13 tahun lalu dimana internet belum merajalela. Yak, untuk bisa dengerin lagu, ada pengorbanan-pengorbanan yang mesti di tempuh. Misal, request lagu di radio. Atau kalau pengen supaya bisa dengerin lagu itu berulang-ulang maka beli kasetnya, kalo enggak ngerekam lagu itu waktu sedang diputer di radio. Ngerekam itu juga gak semudah download seperti sekarang, tetep ada usahanya.
  Kalo sekarang kita pengen beli CD/kaset, pasti ada perasaan sayang karena toh kita bisa download album itu di internet, gratis pula! Akhirnya, download deh.

...

  Satu-satunya harapan musisi untuk bisa survive ya menunggu tawaran manggung--di acara musik pagi biasanya. Itu pun terkadang juga mesti mengorbankan profesionalitas mereka. Kenapa? Ya you know lah, sehebat apapun kemampuan terpendam mereka dalam bermusik, kalau musisi itu masih newbie, mau gak mau mesti lypsic atau playback. Alasannya? Supaya pihak televisi gak usah repot nyiapin gono-gini. Akhirnya citra sang musisilah yang kena imbasnya. Miris.
  Lalu karena citranya udah keburu jatuh, musisi itu akhirnya hilang ditelan bumi. Padahal mungkin mereka bisa bertumbuh sebesar Dewa 19 atau God Bless beberapa tahun yang akan datang. Sayang 'kan?

...

  Semuanya kembali kepada masalah 'mending download ketimbang beli'. Yap. Kayaknya otak kita udah seperti itu mainsetnya. Kira-kira apa sih yang bikin doktrin itu makin menggila? Well, ask yourself :)
  



Comments

Popular Posts