Sejak pertama jadi orok
kita telah diperkenalkan dengan konsep berpisah
dengan plasenta yang sembilan bulan sepuluh hari menemani
selepas mak cenger, berpisah dengan sang ari-ari jadi pelajaran pertama buat sang bayi
Dan gema tangismu waktu itu adalah lagu rindu

Resonansinya dengan waktu
Membawa segala ketidaksempurnaan yang memikatku melewati Sabtu
dan hari-hari selanjutnya yang terbayang tanpamu
Aku menangis tanpa sedu
Tangisku tawa, Kekasih
Supaya engkau tak perlu bersedih
Sebab hanya ragaku yang kemana-mana
Bukankah diriku tetap dalam hatimu?
Sebagaimana dirimu di relungku
Dan aku selalu ingin menerjang tepat ke tempat tidurmu, menangis dalam pelukanmu
Dekapan lenganmu menjelma rumah berpulangku setelah ibu

Aku tidak tahu apa sejatinya arti hidup ini selain—seharusnya—tentang bercinta

Namun orang-orang kehilangan makna dalam tanya; kapan waktu yang tepat bagi seorang manusia untuk mabuk bercinta?

Baru jadi orok pun aku mesti beradu rindu dengan plasenta yang jadi kawan pertamaku menuju mayapada
Wanita remaja dan pria belum dewasa berciuman dan khalayak menghardik mereka seolah lebih taat pada norma
Norma adalah ilusi yang diciptakan rasa bersalah guna mereka-reka kebenaran
Dan berkeluarga bukan lagi ranah yang tepat untuk memadu cinta sebab tinggal tanggungjawab yang tersisa
Sekali kau merasa bertanggungjawab kau hilang rasa mencinta

Kurasa tinggal hari tua hingga umur enam puluh tiga periode bercinta kita
Anak-anak sudah dewasa dan orangtua sudah lama tiada
Kita tinggal berdua
Aku akan mati di suatu pagi dan kau bakal menyusul setahunnya lagi
Sebab aku tak ingin kau lama-lama sendiri

Tapi, Kekasih, 
delapan belas tidak singkat menuju kepala enam
Kita punya banyak piutang mimpi yang mesti dibayar lunas sebelum jatuh tempo di suatu hari
supaya mati kita tak sekedar jadi pocongan atau debu kremasi—soal itu lihat saja nanti
Sebab kita berdua telah sama-sama hilang
Kita tak lagi mampu saling kenang
Dan perpisahan
telah mengikat sedari kita belum berpelukan

Semakin sulit mengingat alasan pergi ketika tenggat waktu semakin dini

Kota ini di pagi hari dan tawamu di sore hari adalah ideal
Alasan tuk tetap tinggal

Namun bagaimana lagi
Tugas hidup untuk berpisah
Jadi beginilah
Aku mohon pamit
Akan aku kirim pesan rindu setiap menit
Jaga merpati itu agar tak tertembak oleh orang pun satu

Sebagaimana plasenta yang menemani bayi di rimba sufistik bernama perut
Kita kakak-beradik dalam silsilah hidup bernama cinta

Inses
Jauh sebelum jatuh cinta kita adalah saudara
Weekend nanti kukabari kalau aku pulang ke Jogja

Comments

Popular Posts